Cegah Covid-19 Patuhi Protokol Kesehatan

#jagakesehatan #pakaimasker

(0295) 691442

Jalan Pahlawan No. 43

Rembang Jawa Tengah

07:00 - 14:00

Sabtu - Kamis

Menuju Masa Depan, Inilah Langkah Pendidikan Bekali Siswa Madrasah ‘Computational Thinking’

Tampilan monitor saat MA Mu’allimin Mu’allimat Rembang berpartisipasi dalam Webinar Injeksi Computational Thinking yang diselenggrakan Direktorat Kurikulum, Sarana, Kelembagaan dan Kesiswaan Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam

Jakarta, www.m3r.sch.id
Computational Thinking (TC) atau penerapan ide dan konsep berbagai bidang computer science atau teknik informatika merupakan langkah dalam mengoptimalkan potensi dan kompetensi serta kualiats siswa Madrasah.Hal ini dinilai sangat relevan sebagai langkah pendidikan dalam memenuhi kebutuhan masa depan bagi anak didik.

Menteri Agama Fachrul Razi mengatakan memasuki revolusi industri 4.0 terjadi pergeseran kebutuhan profil kompetensi yang dulu dengan kebutuhan kompetensi anak didik sekarang dan masa yang akan datang. Kebijakan pendidikan saat ini ditutut untuk dapat memenuhi kebutuhan masa depan anak melalui computational thinking.

“Anak- anak kita yang saat ini belajar di Madrasah membutuhkan kompetensi abad 21 bukan kompetensi yang pernah kita pelajari dulu. Revoliusi industri 4.0 juga membawa implikasi terhadap disrupsi jenis dan bentuk profesi di masa depan,” ujar Fachrul Razi melalui Webinar dengan tema Injeksi Computational Thinking bersama seluruh jenjang pendidikan MI, MTs, dan MA, Senin (2/11/2020) pagi.

Menurutnya, banyak ahli memprediksi dimasa mendatang akan ada banyak profesi pekerjaan yanghilang atau tidak lagi dibutuhkan, dan akan lahir jenis dan profesi baru yang kemungkinan belum kita kenal. Selain itu, kemungkinan banyak pekerjaan yang akan tergantikan oleh robot, inilah tantangan dunia pendidikan saat ini.

“Pertama, pendidikan harus mampu membekali siswa dengan kemampuan untuk mengatur, memperintahkan dan menguasai robot, bukan malah sebaliknya manusia yang diatur dan dikuasai oleh robot . Kedua saatnya kita mulai merubah mainset dan orentasi pendidikan yang tidak hanya berorintasi formalitas administratif saja, seperti ijazah gelar, piagam dan sebagainnya, tetapi orientasi pendidikan harus benar-benar ditunjukkan untuk mengukur kompetensi dan skill,” katanya.

Contonya, siswa berprestasi bukanlah diukur lagi oleh bebrapa banyak piagam dan nilai ijazah yang diperoleh tetapi diukur dari kompetensi dan skill yang dimilikinya.

Acara yang diselenggarakan oleh Direktorat Kurikulum, Sarana, Kelembagaan dan Kesiswaan Madrasah Direktorat Jenderal Pendidikan Islam tersebut bertujuan untuk mengoptimalkan potensi, serta meningkatkan kompetensi dan kualitas siswa Madrasah melalui pembekalan Computational Thinking (CT).

Pihaknnya berpesan Kemampuan dasar tentang logika , kemampuan berbahsa, berkomunikasi yang baik, kemampuan dasar matematika, dan ilmu alam sangatlah penting . Untuk itu, Ia menghimbau agar tidak hanya puas menjadi penonton dan penikmat teknologi, akan tetapi harus menjadi pemain teknologi.

“Kita punya kewajiban untuk mengembangkan pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologiyang nyaris bebas nilai itu dengan landasan nilai-nilai agama,” imbuhnya.

Ia berharaap dalam kurikurum di madrasah yaitu melalui penerapan competational thinking tersebut mampu berkontribusi pada peningkatan kompetensi pembelajaran dan percepatan peningkatan Programme for International Student Assesment (PISA) ditahun mendatang.

“Hal ini setidaknya dapat mendukung dari hasil penilaian internatonal seperti PISA . Dimana ditahun 2018 Indonesia masih menduduki urutan 74 dari 79 negara,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *